Kamis, 01 Maret 2012

dan


Dunia ini penuh dengan ketidak pastian. Tak ada yang benar-benar tau apa yang akan terjadi di masa depan. Dan itulah yang membuat dunia ini menarik, paling tidak hal itu yang saya pikirkan. Tapi terkadang hal itu juga sangat menyebalkan, karena kita juga jadi harus pernah menyesali yang terjadi dan tindakan-tindakan kita.
                Pagi itu Dzikri mendengar kabar dari ibunya bahwa sepupunya Syahdan masuk rumah sakit dan keadaannya kritis.
                “De, Syahdan masuk rumah sakit. Coba kamu jenguk, rumah sakitnya deket kampus kamu ko. Lumayan parah katanya.” Kata Ibunya Dzikri.
                “Owh ya? Iya nanti insya ALLAH saya kesana.” Jawab Dzikri.
                Pagi-pagi itu Dzikri sebelum kuliah berencana pergi ke kantor polisi dulu untuk menanyakan tentang surat izin kegiatan yang dia dan teman-temannya akan selenggarakan. Dia berangkat bersama dengan temannya Vidia. Hari itu Vidia menangis krena ada sedikit masalah keluarga yang menimpanya. Dzikri hanya bisa mendengarkan karena Dzikri tak tau apa yang harus dilakukan ketika ada seseorang menangis di dekatnya.
                Sesampainya di kantor polisi, Dzikri masuk ke kantor bagian perizinan sedangkan Vidia menunggu di luar.
                “Pa, gimana surat rekomendasi buat ke Polrestabes itu? Apa sudah jadi?” Tanya Dzikri.
                “Entarlah, disininya lagi sibuk. Kapolseknya mau ganti, jadi ga akan bisa keluar sekarang-sekarang. Tenang aja, pasti keluar ko.” Jawab Polisi itu.
                Selalu begitu. Polisi itu kadang sangat aneh, ketika kita menyampaikan permintaan surat izin jauh-jauh hari, mereka menyuruh kita tenang dan terus menunda-nundanya, tapi jika kita mengajukannya dekat dengan hari H, mereka justru marah-marah. Aneh.
                Karena waktu untuk masuk kuliah masih cukup lama, Dzikri pun mengajak Vidia ke rumah sakit untuk menjengukk Syahdan. Dzikri mengajak kesana sekalian agar Vidia dapat sedikit melupaka masalahnya. Vidia pun setuju dan mereka pun pergi bersama ke rumah sakit itu.
                Setibanya di rumah sakit, mereka masuk ke ruangan tempat Syahdan dirawat. Mereka harus menggunakan masker dan baju yang disiapkan rumah sakit sebelum masuk agar tidak tertular dan agar tidak membawa debu kotor dari luar.
                “Kenapa dan? Hahaha.” Tanya Dzikri sambil bercanda.
                “Ga tau. Saya juga ga inget.” Jawab Syahdan.
                “Kemarin dia parah banget. Jadi was-was sama khawatir. Tapi sekarang udah mendingan untungnya.” Ibunya Syahdan menjelaskan. “Malah sekarang udah bisa protes tentang makanan rumah sakit. Ga enak katanya, pengen nasi Padang aja katanya. Hahahaha.”
                “Hahahaha.” Mereka pun tertawa.
                Setelah beberapa lama mereka ngobrol, Dzikri dan Vidia pun pamit dan meninggalkan rumah sakit itu. Setelah mengantar Vidia sarapan bubur, mereka pun langsung pergi ke kampus.
***
Kira-kira dua minggu setelah Dzikri menjenguk Syahdan, Dzikri dan ibunya mengunjungi rumah Syahdan di daerah Bumi Asri, Bandung. Ketika itu Syahdan tampak sedang tidak ada kerjaan. Dzikri mengajaknya ngobrol, dan mereka membicarakan tentang gitar. Setelah beberapa lama Dzikri dan ibunya pun kembali pulang.
Dua hari setelah itu, Syahdan mengirim sms ke Dzikri menanyakan tentang software-software untuk recording. Ternyata kesehatan Syahdan sudah pulih sekarang. Dia sudah mampu beraktifitas seperti biasa.
***
                Dzikri sedang bercanda sambil menonton film di kostan Kiki bersama beberapa temannya ketika sms dari ibunya sampai di hpnya.
                ‘De, Syahdan meninggal.’
                Sms itu sangat singkat tapi sangat mengejutkan, membuat pusing, membuay segalanya jadi serba aneh. Bagaimana mungkin? Tapi itu benar-benar terjadi.
                See you in heaven Dan. Insya ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar