Sabtu, 04 Agustus 2012

PUNK ROCK!!


PUNK ROCK!!

                Apa itu punk-rock? Ketika mendengar istilah itu kita mungkin langsung membayangkan tentang dandanan asal-asalan, musik bertempo cepat yang memekakan telinga dan rambut landak ala suku Mohawk, Indian. Sebenernya kalo ngomongin sejarah punk (kependekan dari punk-rock), penjelasannya sangat panjang dan rumit karena terlalu banyak sumber yang berbeda-beda dan bahkan ada yang berlawanan satu sama lain. Tap marilah kita coba membahasnya.
                Kita mulai dulu dari kata “punk” itu sendiri. Istilah “punk” sudah digunakan sebelum abad 16. Pada abad 16 sampei 18 istilah ini digunakan sebagai panggilan untuk para pelacur. Shakespeare memanggil pelacur dengan istilah “punk” dalam 2 karyanya yaitu The Merry Wives of Windsor (1602) dan Measure for Measure (1623). Namun seiring berjalannya waktu, istilah ini pun bergeser dan lebih ditujukan kepada para gembel, preman dan semua kalangan yang dimarjinalkan. Istilah “punk” dan “punker” juga dulu sempat digunakan oleh para napi di Amerika Serikat untuk memanggil pasangan homonya.
                Istilah “punk” ini juga pertama kali digunakan dan dipakai sampai sekarang untuk memanggil anak-anak punk-rock oleh Lester Bangs, seorang wartawan sebuah majalah Amerika. Bangs menonton sebuah pertunjukan musik rock yang asal-asalan dan berantakan tapi sangat bersemangat. Dia pun menyebut jenis musik seperti itu sebagai musik “punk”, yang maksudnya musik sampah, karena para pemainnya tidak mempunyai kemampuan musik yang baik dan hanya asal bunyi saja. Tapi akhirnya istilah ini menjadi nama tetap dan idetitas dari sebuah ideologi, gaya hidup, aliran musik, gerakan dan bahkan budaya.
                Jauh sebelum dinamai punk-rock, kaum punk sendiri sudah ada dan menyebar luas. Sebenernya, punk-rock yang kita kenal saat ini adalah perkawinan dari punk-rock Inggris dan punk-rock Amerika. Ideologi punk-rock yang dianut sampai sekarang itu lahir di London, Inggris. Hal ini diawali karena ketidak-puasan kalangan kelas bawah yang merasa terjajah dan disengsarakan oleh kalangan kelas atas yang hidup glamor serta ketidak-puasan terhadap figur kerajaan di mata rakyat. Disebabkan oleh kesamaan rasa dan kemarahan dan rasa muak akan perekonomian Inggris yang saat itu sedang buruk serta sistem sosial yang dianggap menindas, mereka akhirnya memutuskan untuk menjadi komunitas yang mandiri, yaitu melakukan semuanya sendiri tanpa bergantung pada kalangan lain. Tapi karena itulah, komunitas punk dianggap anti-social, cuek dengan keadaan sekitar dan sering bikin onar.
Berbeda dengan di Inggris, di Amerika, punk lahir disebabkan karena kekecewaan rocker kelas bawah Amerika terhadap industri musik di saat itu yang didominasi oleh musisi-musisi mapan yang menyanyikan lagu-lagu cinta yang melodramatis dan menceritakan kemewahan hidup sebagai rock-star. Hal ini dimulai oleh invasi besar-besaran band-band asal Inggris yang merajai industri musik dunia, termasuk industri musik Amerika. Para remaja Amerika pun mulai membentuk banyak grup musik meskipun dengan skill yang seadanya. Musisi-musisi punk hanya memainkan nada-nada rock yang sederhana dengan lirik tentang frustrasi dan kemarahan atas pendidikan rendah, kerja kasar, hukum jalanan, tingkat pengangguran dan pemerintah yang dianggap belum bisa menjalankan pemerintahan dengan benar. Bukannya mendayu-dayu dan menenangkan, lagu-lagu mereka yang terang-terangan dan bahkan vulgar malah terdengar seperti demonstrasi dan protes. Musisi punk pun sempat dicap sebagai musisi rock n roll aliran kiri yang menyebabkan sulitnya tampil di TV dan diorbitkan oleh perusahaan-perusahaan rekaman.
Di awal kelahirannya di Inggris, punk-rock diterima dan berkembang sangat pesat. Para anak muda banyak yang mulai memakai atribut punk-rock dan bermain dalam band beraliran punk-rock. Tentu saja dengan tetap menganut ideologi punk-rock. Di Inggris, perkembangan punk-rock dibarengi dengan munculnya band-band punk-rock seperti Sex Pistols, The Clash, Sham 69, Cocksparrer, Buzzcock dll. Tidak semulus kemunculannya di Inggris, di Amerika musik punk-rock yang dimainkan oleh band-band seperti The Ramones, The Dead Boy, The Stooges, Blondie dll awalnya tidak diterima oleh masyrakat Amerika karena dianggap terlalu ekstrim dan agresif. Musik punk juga dianggap berbahaya, walaupun di Amerika, musik punk tidak terlalu mengacu pada politik seperti di Inggris, tapi di tiap konsernya sering terjadi banyak kerusuhan.
Pada perkembangannya, banyak sekali band-band punk-rock yang lahir dan tetap memegang teguh ideologi punk-rock seperti NoFX, Bad Religion, The Vandals dll. Di era 90an, punk-rock menjadi lebih populer dan menjadi mainstream di seluruh dunia. Hal ini diawali oleh kemunculan Green Day dan The Offspring. Meskipun tetap memegang ideologi punk-rock, Green Day dan The Offspring tampil lebih sederhana dan tidak segahar band-band punk-rock sebelumnya. Setelah era ini band-band punk baru terus bermunculan, dan bahkan banyak band yang hanya memainkan musik seperti punk-rock tanpa memahami bahkan tidak mengetahui ideologi punk-rock itu sendiri.
Era 90an awal memang masa keemasan bagi punk-rock karena punk-rock mulai menyebar luas ke seluruh dunia. Banyak band punk-rock terbentuk di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Akan tetapi di akhir tahun 90an dan awal millennium baru, band-band punk rock baru mulai kehilangan arah dan hanya memainkan musik punk tanpa memegang ideologi punk-rock itu sendiri. Mereka hanya menyanyikan lagu-lagu cinta yang mendayu dengan beat agak cepat menyerupai lagu-lagu dari band punk-rock. Attitude mereka pun tak seperti anak-anak komunitas punk-rock lazimnya yang memperjuangkan apa yang mereka percaya, memprotes apa yang menurut mereka salah dll. Mereka justru bertingkah laku seperti rock-star mapan di era lahirnya punk-rock.
Fenomena band-band yang memainkan musik yang seperti punk-rock tanpa ideologi ini merembet ke berbagai masalah. Contohnya komunitas punk kini mulai mengkotak-kotakan diri dan saling membedakan satu sama lain. Dimulai dengan munculnya istilah pop-punk, hardcore punk, punk melodic, ska-punk, college punk, emo punk sampai istilah skate punk yang menjadi mainstream di kalangan anak muda di Indonesia khususnya di kota Bandung. Pengkotak-kotakan ini menyebabkan komuitas punk kian banyak tapi tidak bersatu. Mereka kini bahkan saling menuduh dan bertanya “Seperti apakah punk-rock yang asli itu?”, “Mana yang band punk-rock, mana yang bukan?” bahkan kembali mempertanyakan “Apa itu punk-rock?”.
Anak-anak punk-rock kebanyakan kini hanya terpaku oleh musiknya saja, tanpa memedulikan ideologi, budaya dll. Padahal punk-rock adalah suatu kesatuan dari ideologi, gaya hidup, aliran musik, gerakan dan budaya, bukan hanya aliran musik saja. Bahkan punk-rock kini menjadi mainstream dan tidak seeksklusif 3 dekade awal lahirnya komunitas punk-rock itu sendiri. Terlalu banyak band yang mengaku beraliran punk-rock tapi hanya mengambil aliran musiknya, tidak mengambil punk-rock secara utuh. Terlalu banyak anak-anak punk-rock yang mengkotak-kotakan musik padahal perbedaan antara satu sub-genre punk-rock dan sub-genre punk rock yang lain sangat bias. Tak jelas perbedaannya di setiap sub genre punk itu sendiri.
Walaupun di era sekarang punk semakin berkembang dan bercabang. Tak sedikit band punk yang masih tetap mengambil punk secara utuh. Banyak komunitas punk-rock yang tetap memakai ideologi punk-rock. Dan setelah 4 dekade lebih komunitas punk-rock ini berkembang, semangat punk-rock tidak hilang. Dan tak akan hilang jika ALLAH SWT tidak mengizinkan.

*maaf jika ada kesalahan data atau kata-kata yang kurang mengenakan. Semua kesalahan tersebut murni kesalahan editor, bukan penulis. Karena manusia adalah tempatnya kesalahan. Dan sebaik-baiknya kebenaran adalah yang datang dari ALLAH SWT. –penulis-