Minggu, 16 September 2012

THE SHADOW OF THE LIGHT



She’s a line of a forbidden poetry
She’s the damage in broken beauty
She’s a hidden message of the poverty
She’s the head of a working conspiracy

She’s an angel lack of authority
She’s an arse kicking the majority
She’s the bravery beaten by bribery
She’s the white point in the black impurity

She suns the day and moons the night
She shows the wrong which is thought right
But no one can see as she’s too bright
They just stare at the made-up fact holding their eyes tight

What’s blocking the truth from the sight?
Does she end up like the transparent white?
So the powerful evil always wins the fight
And now she’s just the shadow of the light

Senin, 03 September 2012

Rachel dan Billie


Malam semakin dingin, tetapi Rachel masih terus membereskan barang-barangnya. Dia mengepaki pakaian dan barang-barang yang dirasa penting miliknya untuk meninggalkan rumah itu besok pagi. Setelah pertengkaran hebat dengan suaminya sebulan yang lalu dan gugatan cerai yang dia ajukan ke pengadilan, dia akhirnya memberanikan diri untuk meninggalkan rumah yang telah dia tempati bersama suaminya selama 10 tahun itu.
                Perceraian sekarang memang sudah biasa terjadi, tapi bukan berarti bahwa perceraian sudah tidak lagi meninggalkan rasa sakit hati, keragu-raguan, kekecewaan dan kerinduan dari bekas-bekas cinta yang pernah ada. Rachel pun mengetahui hal tersebut, tetapi kini dia merasa sudah terlalu lelah dengan suaminya. Dia merasa sudah tak ada kecocokan lagi, dan pernikahan yang telah mereka jalani bersama-sama sudah tak mungkin dipertahankan lagi.
                Suaminya, Billie, sudah meninggalkan rumah itu sejak sebulan yang lalu di hari yang sama dengan pertengkaran itu terjadi. Rachel mengusirnya secara tidak langsung dengan perkataan yang cukup kasar bahwa dia tidak ingin hidup bersama lagi dengan Billie. Dan Billie pun meninggalkan rumah tanpa mengatakan apapun dengan keadaan emosi sama seperti Rachel. Dan dia pun menghilang, entah dimana dia tinggal sekarang.
                Pertengkaran itu berawal 2 tahun yang lalu ketika putri semata wayang mereka meninggal dunia. Putri mereka, Melo, tiba-tiba jatuh sakit dan demam tinggi  dan menghembuskan napas terakhirnya 2 hari setelahnya di sebuah rumah sakit. Rachel sangat terpukul akan hal itu. Rachel terus menerus menyalahkan Billie atas kematian Melo karena ketika jatuh sakit, Billie tak ada di sisi mereka. Billie yang bekerja sebagai seorang musisi, sedang berada jauh di luar pulau bersama bandnya ketika Melo jatuh sakit. Billie hanya datang ke rumah sakit beberapa saat sebelum Melo menghembuskan napas terakhirnya.
                Awalnya, Rachel mencoba untuk tidak menyalahkan Billie atas kematian Melo. Tapi keadaan telah berubah. Sejak saat itu, perbedaan pendapat menjadi perdebatan sengit, perdebatan menjadi pertengkaran, dan di setiap pertengkaran Rachel selalu ingin menyalahkan Billie atas kematian Melo walaupun dia tak benar-banar melakukannya. Dan Billie, yang dulunya adalah pria sabar yang periang dan humoris berubah menjadi pemurung dan tertutup. Dia bahkan sering tidak pulang dan diam di studionya dengan hanya mengirim SMS memberi tahukan dia tak akan pulang tanpa alasan yang pasti. Dan setiap ditanya alasannya lewat SMS, dia tak membalas dan hanya menjawab “kerja” ketika ditanya secara langsung.
                Rachel membongkar barang-barang lamanya, dan menemukan sebuah kotak berwana merah. Dia membuka kotak itu dan menemukan 2 surat di dalamnya. Sejenak dia terdiam lalu dia membuka salah satu surat tersebut. Rachel pun tanpa sadar kembali mengingat kenangan masa lalunya.
***
10 tahun yang lalu
                Setelah kemarin lamaran Billie dan keluarganya diterima oleh Rachel dan keluarga, keluarga mereka kini berkumpul lagi untuk membicarakan tanggal pernikahannya. Rachel dan Billie sendiri tidak terlalu ambil pusing kapan akan dilaksanakannya pernikahan tersebut. Rachel dan Billie malah bercanda dan saling mengejek di ruang TV ketika keluarga mereka membicarakan pernikahan mereka.
                “Kamu tau ga?” Tanya Billie.
                “Tau apaan? Ga jelas banget sih.” Jawab Rachel cuek.
                “Kata temen-temen, kamu adalah perempuan yang terlahir dengan keberuntungan.”
                “Iyalah, kalo kamu adalah laki-laki yang lahir aja udah untung.” Ejek Rachel menyela kata-kata Billie.
                “Idiih, ngikutin kata-katanya film Avatar the Legend of Aang.” Kata Billie.
                “Hahaha.” Rachel tertawa. “emang bener anak-anak ngomong kaya gitu?” Tanya Rachel.
                “Iya bener. Tanyain aja.” Jawab Billie. “Buktinya perempuan yang hanya seperti kamu dalam waktu dekat akan menikah dengan laki-laki sekeren saya. Engga untung gimana coba? Hahahaha.
                “Yee, kirain serius.” Kata Rachel. “Justru kamu yang untung, kayanya aku harus pikir-pikir lagi deh apa bener aku harus nikah sama kamu. Hahahaha.”
                “Emang mau jadi perawan terus sampei tua? Kalo ga nikah sama saya, kamu ga akan dapet lagi laki-laki yang mau nikahin kamu. Ini juga untung saya lagi ga sadar. Kalo lagi sadar, mana mau nikahin kamu. Hahahaha.” Ejek Billie.
                “Sialan!!” Maki Rachel sambil melempar kotak plastic berwarna merah sebesar tangan ke kepala Billie. Untung Billie berhasil menghindar dan hanya kena sedikit bahunya.
                “Awww.” Billie mengelus-ngelus bahunya sambil membawa kotak yang dilemparkan oleh Rachel. “Kotak apaan nih?” Tanya Billie.
                “Mainan anak deh kayanya. Punya si Sasha, ponakan aku.” Jawab Rachel.
                Billie terdiam sambil memain-maiankan kotak itu. Dan ternyata kotak itu bisa dibuka. Spertinya kotak itu dibuat untuk menyimpan sesuatu di dalamnya.
                “Buat saya ya?” Pinta Billie.
                “Idiiih, ngambil barang punya anak kecil.” Jawab Rachel. “Punya si Sasha tuh, minta aja sama dia.”
                “Biarin.” Jawab Billie sambil menghampiri Sasha yang sedang main di teras untuk meminta kotak itu.
                “Sha, ini buat om ya? Entar dikasih maenan robot-robotan.” Rayu Billie kepada anak berumur 4 tahun itu.
                “Engga mau, Sasha kan perempuan, masa dikasih robot-robotan?” Jawab Sasha.
                “Ya udah, kamu pergi sama om aja ya. Kamu boleh jajan apa aja deh, terserah kamu.” Kata Billie.
                “Asiiiikkk.” Sasha senang.
                “Tapi jangan yang mahal-mahal ya. Terus jangan banyak-banyak juga. Haha.” Kata Billie.
                “Huuuuuhh, pelit!”Ejek Rachel yang ternyata dari tadi mendengarkan.
                “Hahahahaha.”
***
                Acara pernikahan yang berlangsung berlangsung dari tadi pagi akhirnya selesai sudah. Billie dan Rachel akhirnya bisa beristirahat setelah terus-terusan berdiri untuk menyalami banyak tamu yang hadir di pernikahan mereka. Meskipun begitu, mereka sangat senang karena banyak yang hadir dan mendo’akan pernikahan mereka.
                Billie masuk kamar setelah beristirahat sambil nonton TV dan merokok di ruang keluarga. Rachel yang sedang ganti baju kaget dan langsung menutupi tubuh bagian atasnya yang hanya memakai pakaian dalam.
                “Heh, sialan! Ketuk pintu dulu dong kalo mau masuk.” Maki Rachel. “Keluar dulu sana! Lagi ganti baju nih.”
                “Apaan sih?! Sama suami sekeren ini, ngomongnya kasar banget. Hahahaha.” Jawab Billie sambil tertawa. “Kalo kamu mau jadi istri yang baik, bicaranya yang halus dong. Lagian kan kita udah jadi suami-istri. Ga usah malu kali. Hahahaha.”
                “Apaan sih?! udah sana cepet keluar deh.” Kata Rachel sambil terus menutupi tubuhnya.
                “Engga mau.” Jawab Billie sambil cengengesan. “Saatnya malam pertama. Eng-ing- eng. Kamu udah siap kan Rach. Hahaha.” Billie semakin menjadi-jadi sambil berjalan mendekati Rachel dengan tangan yang terbuka seperti akan menangkap Rachel.
                “Sialan! Sana keluar ih!” Jerit Rachel sambil bersiap dengan kuda-kuda yang seperti akan menendang Billie.
                “Hahahaha. Iya, iya deh. Dasar.” Jawab Billie sambil keluar kamar.
                Tak lama kemudian, Rachel keluar dari kamar dan duduk di sebelah Billie nonton TV. Mereka pun terdiam untuk beberapa saat sampai Billie tiba-tiba berdiri lalu mengacak-acak rambut Rachel.
                “Ih, baru juga disisir nih.” Kata Rachel sambil mengahalangi tangan Billie yang sedang mengacak-acak rambutnya.
                “Hahahaha. Dengerin deh, saya mau ngomong sama kamu.” Kata Billie.
                “Kalo mau ngomong, ngomong aja. Biasanya juga ga tau malu, ga diajak ngobrol aja suka ikut nimbrung.” Jawab Rachel.
                “Hahaha.” Billie tertawa. “Kita bikin surat yu.” Ajak Billie.
                “Surat apaan? Suka aneh-aneh deh”
                “Ya, kamu bikin surat tentang keinginan dan harapan kamu tentang saya, perasaan kamu, apa aja deh buat saya. Entar saya juga buat surat buat kamu.” Jawab Billie.
                “Idiiih, engga ah, malu. Lagian kan tinggal ngomong, ga usah pake surat.” Jawab Rachel.
                “Yeee, kita ga akan baca suratnya sekarang. Kita simpen di kotak merah yang dari si Sasha. Dibacanya entar aja.” Jawab Billie.
                “Terus kapan bacanya? Emang buat apa sih?” Tanya Rachel.
                “Ya nanti, kalo suatu saat kita ribut besar dan engga ada yang mau ngalah. Mungkin kita bakal diem-dieman. Nah, kalo itu terjadi, kita baca surat-surat ini. Siapa tau bisa mengingatkan kita tentang perasaan kita, dan alesan kenapa kita menikah dan sebagainya. Selain karena hal itu, kita ga boleh baca suratnya, kecuali salah satu dari kita meninggal duluan. Gimana?” Billie menerangkan.
                “Apaan sih? Emang kamu mau ngajak ribut?” Tanya Rachel.
                “Ya engga, tapi kan suami-istri itu pasti suatu saat akan ribut. Nah, kalo sampei kita ribut gede, kan jadi ada yang ngingetin. Tapi kita berdo’a aja supaya kita ga sampai ngebaca surat itu ketika kita berdua masih hidup.” Billie menerangkan.
                “Ohh, ya udah deh. Ayo.” Jawab Rachel.
                Setelah beberapa lama, merekapun selesai menulis surat masing-masing dan menyimpannya dalam kotak merah tersebut. Mereka lalu menyimpan kotak merah itu di dalam lemari bersama barang-barang dan foto-foto kenangan mereka dan teman-teman mereka.
                “Udah tuh. Sekarang apa lagi?” Tanya Rachel.
                “Saatnya malam pertama. Hahahaha.” Jawab Billie.
                Duaakk!! Rachel melempar sebuah buku tipis ke tubuh Billie lalu berlari ke dalam kamar. “Dasar otak ngeres!! Weeee!!! Hahahhaha.” ejek Rachel.
                Billie pun langsung mengejar Rachel sambil tertawa.
***
                Rachel membuka surat yang ditulis oleh Billie. Surat itu dilipat dengan rapih dengan tulisan ‘untuk istriku tercinta, Rachel.’ Didepan suratnya. Rachel pun mulai membacanya.

Assalamu alaikum warahmatuLLAHI wabarokatuH
Dear Rachel,
Seperti yang udah kita sepakati, mungkin ketika kamu membaca surat ini, kamu lagi sebel banget sama saya. Marah banget, sampai ngerasa kamu ga akan pernah bisa maafin saya. Atau (tanpa rasa PD yang berlebihan, hahaha.) kamu lagi kangen-kangennya sama saya, karena ternyata saya dipanggil oleh Tuhan lebih dulu. Tapi yang jelas ketika saya nulis surat ini, saya engga lagi kesel atau marah sama kamu. Saya nulis surat ini ketika saya sedang mencintai kamu dengan setulusnya seperti biasa. Seperti saya sangat mencintai kamu di hari-hari yang lalu, sekarang dan akan datang.
Rachel sayang, meskipun kamu kadang-kadang nyebelin, (atau mungkin sering ya? Hahaha.) saya sangat mencintai kamu, saya sangat peduli sama kamu, walaupun mungkin saya ga ngomong sesering saya bisa. Dan saya rasa perasaan itu ga akan berubah, meskipun mungkin nanti kita merasa sifat kita berubah atau kita merasa kita sudah tak saling mencintai lagi.
Saya juga mau mengingatkan dan memohon dengan sangat, maafkan saya. Maaf karena segala kesalahan yang telah saya buat, atau yang mungkin akan saya buat yang membuat kamu sangat marah. Ketika saya melakukan kesalahan itu, mungkin saya tidak bermaksud untuk melakukannya atau saya sedang khilaf. Yang jelas, kamu harus maafin saya ya. Kamu kan baik. Hahahaha.
Saya tau, sering kali saya bertingkah sangat nyebelin (atau kadang-kadang ya? Kayanya kadang-kadang deh. Hahahaha.) Bahkan lebih nyebelin daripada kamu. Hahaha. Tapi sebenernya dalam hati saya, saya ga mau kamu ngerasa sebel, marah, sedih atau apapun, apalagi karena saya. Saya sih maunya kamu senang, bahagia, sehat dan semua hal yang baik pokonya. Tapi, karena semua orang punya hati dan pikiran yang berbeda, mungkin saya bisa melakukan hal yang membuat kamu sebel, marah atau sedih. Seperti yang udah saya katakan, mungkin saya dalam keadaan emosi, khilaf atau ga sadar. Jadi maafin ya.
Rachel yang baik, jika suatu hari kita bertengkar hebat, dan kamu membaca surat ini, kamu pasti sudah diingatkan oleh surat ini. Jadi, saya mohon, ingatkan juga saya kalo saya benar-benar mencintai kamu dan menyayangi kamu, meskipun nanti mungkin kamu masih sebel sama saya.
Rachel yang cantik (hahahaha, saya jadi malu sendiri kalo saya muji kamu.), kalo saya meninggal duluan, kamu juga harus maafin kesalahan-kesalahan saya dan mengikhlaskan kepergian saya. Jangan lupa dido’ain, hahahaha.
Kalo suatu hari kita harus berpisah, baik karena kesalahan yang saya buat atau saya meninggal duluan, kamu harus bisa tegar ya. Kalo bisa membuat kamu bahagia, carilah laki-laki yang lebih baik dari saya, yang bisa kamu cintai lebih dari saya (meskipun ga sekeren saya, haahahhaa.), yang bisa ngejaga kamu. Inget, harus lebih baik!! Hahahaha. Bukan karena saya mau kamu jadi istri orang lain. Tapi karena mungkin pada saat itu, saya sudah ga bisa atau udah gagal menjaga kamu dengan baik.
Mungkin segitu aja deh suratnya soalnya saya bingung mau nulis apalagi. Tadinya mau dibikin menyentuh dan mengharukan, tapi malah memusingkan ya?? Hahahaha. Rachel yang tersayang, I love you very much.
NB: Pas kamu baca surat ini, saya masih orang paling keren di Indonesia kan? Hahahaha.

Rachel meneteskan air mata sambil tersenyum. Dia melipat kembali surat itu dan memasukannya kedalam kotak merah yang diletakan didepannya. Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi. Dia pun langsung mengusap air matanya sambil berjalan ke pintu.
‘Jam 11 malam, siapa orang yang bertamu jam segini?’  Pikir Rachel.
Rachel melihat lewat jendela siapa yang datang. Ternyata Mexi dan Dzikri, teman sebandnya Billie, bersama Aline, perempuan yamg memanage bandnya Billie. Rachelpun membuka pintu.
“Hai, ayo masuk.” Ajak Rachel.
“Eh iya.” Jawab Dzikri. “Billienya ada?”
Setelah mempersilahkan duduk Rachel menjawab, “Ga ada, udah lama dia ga pulang kesini. Emang kalian engga tau? Mau minum apa?” Tanya Rachel.
“Ga usah deh.” Jawab mereka.
“kita sebenernya kesini mau nyariin Billie, sekalian mau minta maaf sama kamu.” Kata Aline, to the point.
“Minta maaf? Buat?” Tanya Rachel bingung.
“Gini, seharusnya kita minta maaf sama kamu udah dari dulu, tapi kita sangat malu dan ga berani ngomong sama kamu. Tapi kita denger kamu udah ngajuin gugatan cerai sama Billie. Kita mau ngejelasin aja, siapa tau bisa jadi pertimbangan buat kamu. Billie pernah cerita kalo hubungannya sama kamu berjalan tidak baik. Hal ini dimulai sejak kematian anak kalian, Melo.”
“Kamu mungkin nyalahin Billie karena dia ga segera datang ketika Melo sakit. Tapi sebenernya itu salah kami. Billie udah siap untuk cancel 3 acara yang di Kalimantan itu untuk segera pulang, tapi kami memaksa Billie untuk tetap ngelanjutin tour kita. Soalnya MOU yang kita sepakati menyebutkan kita akan kena penalty untuk membayar ganti rugi jika kita mengcancel gigs-gigs tersebut, dan harganya ga murah. Kita juga ga mungkin maen tanpa Billie. Salahnya kami juga, karena Billie bilang Melo demam, kami jadi meremehkan penyakit itu dan membujuk Billie agar professional dan tetap main, karena kami menganggap paling sehari-dua hari juga demamnya akan turun.” Mexi menjelaskan panjang lebar.
“Jadi, kami harap kamu bisa mempertimbangkan kembali gugatan kamu itu. Kalo kamu mau marah dan benci sama kami, kami akan menerimanya, dan kami sangat menyesal dan meminta maaf.” Kata Dzikri.
“Kami kesini juga tanpa sepengetahuan Billie. Tapi kami harap kami bisa ngebantu.” Tambah Aline.
Rachel terdiam. Dia merasa marah, sedih, dan menyesal. Dia bingung sekali harus berkata apa sekarang.
“Tapi Billie ga pernah bilang gitu ko?” Tanya Rachel.
“Billie itu sangat menyayangi kamu dan Melo. Tanpa kamu menyalahkan dia pun, dia sendiri terus menyalahkan dirinya sendiri karena kematian Melo. Billie merasa bersalah pada Melo dan kamu, dia butuh seseorang buat ngebantu dia. Dan kami ternyata ga cukup menolong untuk dia. Kami rasa hanya kamu yang bisa nolong dia.” Jawab Mexi.
Rachel kembali terdiam. Sejenak, ruangan itu tampak hening dan tak lama kemudian mereka pun pamit pulang dengan perasaan tak enak tapi cukup lega karena telah mengatakan yang sebenarnya.
Rachel terus terjaga sampai shubuh karena terus memikirkan dan mencoba mencerna apa yang telah terjadi.
‘Adilkah aku karena terus menyalahkan Billie atas kematian Melo, ketika Billie sama sedihnya denganku? Bahkan mungkin lebih, karena aku terus menambah penderitaannya dengan terus menyalahkannya.’  Pikir Rachel.
“Dari awal, seharusnya aku harus bisa mengikhlaskan kepergian Melo dan tidak melakukan ini semua. Kami harus memperbaiki semua ini dan mulai lagi dari awal.” Gumam Rachel sambil bergegas membongkar kembali isi tasnya dan menyimpan kembali ke tempat semula.
Setelah selesai menyimpan pakaian-pakaiannya ke lemari, Rachel mengambil handphonenya da membuka phonebook dan mencari nama ‘lovely husband’. Lalu dia langsung menelepon Billie.
“Assalamu alaikum.” Terdengar suara Billie di ujung telepon.
“Wa alaikum salam. Dimana kamu?” Tanya Rachel. “Cepat pulang, aku mau ke pasar. Ga ada yang jaga rumah.”
“hah?” Billie bingung.
“Selain jaga rumah, kamu juga harusnya ngejaga aku kan?” Kata Rachel.
Mereka pun terdiam. Terdengar suara Billie menangis, meskipun tak jelas.
“Maafkan saya.” Billie memulai pembicaraan lagi.
“Maafkan aku juga. Cepat pulang. Sekarang juga ya.” Kata Rachel.
“Iya. I love you.” Jawab Billie langsung menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban Rachel.
Lalu Rachel mengetik SMS untuk Billie yang bertuliskan ‘Sialan! Ga punya sopan-santun nutup telepon seenaknya. Awas aja nanti pas nyampe rumah. Hahahaha. I love you too.’
***

Sabtu, 04 Agustus 2012

PUNK ROCK!!


PUNK ROCK!!

                Apa itu punk-rock? Ketika mendengar istilah itu kita mungkin langsung membayangkan tentang dandanan asal-asalan, musik bertempo cepat yang memekakan telinga dan rambut landak ala suku Mohawk, Indian. Sebenernya kalo ngomongin sejarah punk (kependekan dari punk-rock), penjelasannya sangat panjang dan rumit karena terlalu banyak sumber yang berbeda-beda dan bahkan ada yang berlawanan satu sama lain. Tap marilah kita coba membahasnya.
                Kita mulai dulu dari kata “punk” itu sendiri. Istilah “punk” sudah digunakan sebelum abad 16. Pada abad 16 sampei 18 istilah ini digunakan sebagai panggilan untuk para pelacur. Shakespeare memanggil pelacur dengan istilah “punk” dalam 2 karyanya yaitu The Merry Wives of Windsor (1602) dan Measure for Measure (1623). Namun seiring berjalannya waktu, istilah ini pun bergeser dan lebih ditujukan kepada para gembel, preman dan semua kalangan yang dimarjinalkan. Istilah “punk” dan “punker” juga dulu sempat digunakan oleh para napi di Amerika Serikat untuk memanggil pasangan homonya.
                Istilah “punk” ini juga pertama kali digunakan dan dipakai sampai sekarang untuk memanggil anak-anak punk-rock oleh Lester Bangs, seorang wartawan sebuah majalah Amerika. Bangs menonton sebuah pertunjukan musik rock yang asal-asalan dan berantakan tapi sangat bersemangat. Dia pun menyebut jenis musik seperti itu sebagai musik “punk”, yang maksudnya musik sampah, karena para pemainnya tidak mempunyai kemampuan musik yang baik dan hanya asal bunyi saja. Tapi akhirnya istilah ini menjadi nama tetap dan idetitas dari sebuah ideologi, gaya hidup, aliran musik, gerakan dan bahkan budaya.
                Jauh sebelum dinamai punk-rock, kaum punk sendiri sudah ada dan menyebar luas. Sebenernya, punk-rock yang kita kenal saat ini adalah perkawinan dari punk-rock Inggris dan punk-rock Amerika. Ideologi punk-rock yang dianut sampai sekarang itu lahir di London, Inggris. Hal ini diawali karena ketidak-puasan kalangan kelas bawah yang merasa terjajah dan disengsarakan oleh kalangan kelas atas yang hidup glamor serta ketidak-puasan terhadap figur kerajaan di mata rakyat. Disebabkan oleh kesamaan rasa dan kemarahan dan rasa muak akan perekonomian Inggris yang saat itu sedang buruk serta sistem sosial yang dianggap menindas, mereka akhirnya memutuskan untuk menjadi komunitas yang mandiri, yaitu melakukan semuanya sendiri tanpa bergantung pada kalangan lain. Tapi karena itulah, komunitas punk dianggap anti-social, cuek dengan keadaan sekitar dan sering bikin onar.
Berbeda dengan di Inggris, di Amerika, punk lahir disebabkan karena kekecewaan rocker kelas bawah Amerika terhadap industri musik di saat itu yang didominasi oleh musisi-musisi mapan yang menyanyikan lagu-lagu cinta yang melodramatis dan menceritakan kemewahan hidup sebagai rock-star. Hal ini dimulai oleh invasi besar-besaran band-band asal Inggris yang merajai industri musik dunia, termasuk industri musik Amerika. Para remaja Amerika pun mulai membentuk banyak grup musik meskipun dengan skill yang seadanya. Musisi-musisi punk hanya memainkan nada-nada rock yang sederhana dengan lirik tentang frustrasi dan kemarahan atas pendidikan rendah, kerja kasar, hukum jalanan, tingkat pengangguran dan pemerintah yang dianggap belum bisa menjalankan pemerintahan dengan benar. Bukannya mendayu-dayu dan menenangkan, lagu-lagu mereka yang terang-terangan dan bahkan vulgar malah terdengar seperti demonstrasi dan protes. Musisi punk pun sempat dicap sebagai musisi rock n roll aliran kiri yang menyebabkan sulitnya tampil di TV dan diorbitkan oleh perusahaan-perusahaan rekaman.
Di awal kelahirannya di Inggris, punk-rock diterima dan berkembang sangat pesat. Para anak muda banyak yang mulai memakai atribut punk-rock dan bermain dalam band beraliran punk-rock. Tentu saja dengan tetap menganut ideologi punk-rock. Di Inggris, perkembangan punk-rock dibarengi dengan munculnya band-band punk-rock seperti Sex Pistols, The Clash, Sham 69, Cocksparrer, Buzzcock dll. Tidak semulus kemunculannya di Inggris, di Amerika musik punk-rock yang dimainkan oleh band-band seperti The Ramones, The Dead Boy, The Stooges, Blondie dll awalnya tidak diterima oleh masyrakat Amerika karena dianggap terlalu ekstrim dan agresif. Musik punk juga dianggap berbahaya, walaupun di Amerika, musik punk tidak terlalu mengacu pada politik seperti di Inggris, tapi di tiap konsernya sering terjadi banyak kerusuhan.
Pada perkembangannya, banyak sekali band-band punk-rock yang lahir dan tetap memegang teguh ideologi punk-rock seperti NoFX, Bad Religion, The Vandals dll. Di era 90an, punk-rock menjadi lebih populer dan menjadi mainstream di seluruh dunia. Hal ini diawali oleh kemunculan Green Day dan The Offspring. Meskipun tetap memegang ideologi punk-rock, Green Day dan The Offspring tampil lebih sederhana dan tidak segahar band-band punk-rock sebelumnya. Setelah era ini band-band punk baru terus bermunculan, dan bahkan banyak band yang hanya memainkan musik seperti punk-rock tanpa memahami bahkan tidak mengetahui ideologi punk-rock itu sendiri.
Era 90an awal memang masa keemasan bagi punk-rock karena punk-rock mulai menyebar luas ke seluruh dunia. Banyak band punk-rock terbentuk di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Akan tetapi di akhir tahun 90an dan awal millennium baru, band-band punk rock baru mulai kehilangan arah dan hanya memainkan musik punk tanpa memegang ideologi punk-rock itu sendiri. Mereka hanya menyanyikan lagu-lagu cinta yang mendayu dengan beat agak cepat menyerupai lagu-lagu dari band punk-rock. Attitude mereka pun tak seperti anak-anak komunitas punk-rock lazimnya yang memperjuangkan apa yang mereka percaya, memprotes apa yang menurut mereka salah dll. Mereka justru bertingkah laku seperti rock-star mapan di era lahirnya punk-rock.
Fenomena band-band yang memainkan musik yang seperti punk-rock tanpa ideologi ini merembet ke berbagai masalah. Contohnya komunitas punk kini mulai mengkotak-kotakan diri dan saling membedakan satu sama lain. Dimulai dengan munculnya istilah pop-punk, hardcore punk, punk melodic, ska-punk, college punk, emo punk sampai istilah skate punk yang menjadi mainstream di kalangan anak muda di Indonesia khususnya di kota Bandung. Pengkotak-kotakan ini menyebabkan komuitas punk kian banyak tapi tidak bersatu. Mereka kini bahkan saling menuduh dan bertanya “Seperti apakah punk-rock yang asli itu?”, “Mana yang band punk-rock, mana yang bukan?” bahkan kembali mempertanyakan “Apa itu punk-rock?”.
Anak-anak punk-rock kebanyakan kini hanya terpaku oleh musiknya saja, tanpa memedulikan ideologi, budaya dll. Padahal punk-rock adalah suatu kesatuan dari ideologi, gaya hidup, aliran musik, gerakan dan budaya, bukan hanya aliran musik saja. Bahkan punk-rock kini menjadi mainstream dan tidak seeksklusif 3 dekade awal lahirnya komunitas punk-rock itu sendiri. Terlalu banyak band yang mengaku beraliran punk-rock tapi hanya mengambil aliran musiknya, tidak mengambil punk-rock secara utuh. Terlalu banyak anak-anak punk-rock yang mengkotak-kotakan musik padahal perbedaan antara satu sub-genre punk-rock dan sub-genre punk rock yang lain sangat bias. Tak jelas perbedaannya di setiap sub genre punk itu sendiri.
Walaupun di era sekarang punk semakin berkembang dan bercabang. Tak sedikit band punk yang masih tetap mengambil punk secara utuh. Banyak komunitas punk-rock yang tetap memakai ideologi punk-rock. Dan setelah 4 dekade lebih komunitas punk-rock ini berkembang, semangat punk-rock tidak hilang. Dan tak akan hilang jika ALLAH SWT tidak mengizinkan.

*maaf jika ada kesalahan data atau kata-kata yang kurang mengenakan. Semua kesalahan tersebut murni kesalahan editor, bukan penulis. Karena manusia adalah tempatnya kesalahan. Dan sebaik-baiknya kebenaran adalah yang datang dari ALLAH SWT. –penulis-

Jumat, 20 Juli 2012

a letter to vmt

Hey, i don't know why i wanna say this now. Actually i wanna leave this all unsaid forever but i just can't. now that you heard me say it. It's been a while since the first time i thought i felt something about you. Not as i had thought before that i would never fall for my friend's ex. Hahahahaha. It's been about 1 year and half since i realized it. Do you remember when we went to the studio where i made a video with my band?? no, i haven't felt it. but it was not long after that when you finally made a relationship with your boyfriend now. i remember it was at CK when i heard about that for the first time. i didn't know how to explain it in the right way but i just know i was a kind of brokenhearted to hear that. Funny?? I think so. You didn't even tell me about that. Hahahahhaha. I never thought i would say this kind of things.
Hey, do you recognize the changes of my face when someone talks about your boyfriend with you?? Yes, mostly i'm jealous to hear that. It's not like i'm always jealous but most of time i am. Do you remember when you brought your boyfriend to watch the concert of GS and you introduced me to him?? I'm glad it was dark or you could have seen my jealous face. Do you remember when you cried about your family affair when your father got mad at your brother?? I was there but you wished someone else had been there  instead, your boyfriend. I wished i could have meant more than him to you. Do you remember when you had a fight with your boyfriend and talked about what he did, about how he could misunderstand you? i thought i could be a better boy for you then, but maybe i was wrong. I have so many bad habits that you know and you don't know that you don't like. Hahahahaha.
Now i will say this truthfully, do you remember when a friend of ours asked me if i had a feeling about you and i said yes? Actually i really wanted to say that yes, i do have feeling about you. I care about you, i want you to be happy no-matter what, i care about what you do.
And I hope this will be the last paragraph i will write here. If you ever read this, i wanna say that i care about you more than you know, and obviously more than i can say. And i think i have to end this now cuz i have missed my chance to say this to you. I don't wanna ruin your relationship (like i can, hahahha). I don't expect to be your boyfriend. it's enough to see you happy with anyone you enjoy with. ALLAH's plan is the best and the most beautiful. And at last, i wanna say i think i love you. Yes, i do. And don't tell anyone else cuz i don't even have a courage to tell you. I love you more than you can think. Thank you for everything and good bye. Have a nice life.

Jumat, 13 Juli 2012

a man doesn't use words to express his love


Let us forget the memory we’ve got about these 4 years
Maybe you don’t need to, but I absolutely do
Life can’t keep moving on this blooming way
Cuz I can’t find any-reason to put it inside my mind

How can I not say anything after these days?
I even missed the last chance to tell you how this goes on
How can we not confess the feeling inside our heart?
But I probably mistake it, seems that I always misunderstand

If only people always said how they feel
If only people gave more signs to express
Maybe I’d have found out and given up all along
Or lived the days with a better mood of the heart
Then I realized that ifs are not the solution to solve this
So I leave all this unsaid and finish it
Now it’s over, but why does this seem to be a burden?
I’m giving up now with a little cool excuse
That a man doesn’t use words to express his love

-blew

Rabu, 04 Juli 2012

1 of 5



It’s funny when you get old that you forget the names
It’s strange that you can still live though you careless
You can’t live on your own, depend on someone else
The devil whispered you something but you even forget what it was

It’s funny when you’re no-longer young that you have lost your touch
The wisdom you’ve learned from life bloody disappears
You’re just such an arse, don’t even know who you are
Bad intentions you had even just went cuz you forget them

Today you can’t even be grateful that you should have been
Wasting the youth means less than nothing and you didn’t believe it..

We spend the youth just once, do anything without thinking
A bad motto of life for a bad ending

Jumat, 02 Maret 2012

story made by my friend, Elizabeth Ket (Anna)



ini adalah cerita yang ditulis oleh teman saya yang bernama Elizabeth Ket (Anna). Sangat suram, menurut saya terlalu emo bahkan untuk anak-anak emo itu sendiri. Padahal orangnya sangat menarik kalo diajak ngobrol. Yah silahkan dibaca aja. Hahahahhahahahhahaha...


Dear Diary,
I don't really know what to say to myself. I appear to be so happy and cheerful, but I'm Lonely. I'm Alone. I feel like no one can hear my silent cries. My cries of help are all in my writings. They are running through the words i write. Only If someone could help me. I feel like im a lost soul and if im not helped, I will kill myself. I used to look at knifes and buildings and wish my death. Recently, I have promised myself I wouldn't dare to cut myself again, but it becomes hard sometimes. I feel like i want to share everything with just one person, but It's so hard! I just couldn't. I need professional help. I don't give a damn about telling anyone anymore... I just want HELP.

I wake up, about to get ready for school, but i hesitate of the idea of having to get up to face reality. Reality was something i just couldn't face. Reality.. well let's say if i faced it... I might just try to end it. I seem so strong, but im just weak. I just head out to school without breakfast, what was the point of breakfast anyway?

My usually friend shout towards me, greet me, and we chat away about our weekends. What weekend? I did nothing. BUT that was no problem i was so absorbed about their weekends The problem with me is I don't give that much of a damn about others, but i try to. Here was my attempt second period:

"Hey Dylan, Get your ass over here" I screamed across the hall.

" Man Shutup, Your loud"

" Sorry, I can't help it. Bad habits.."

"SO what's up?? Did you actually do any of your homework?" He sighs.

"Well let's see. I tried then fell asleep..." I crack up laughing with him.

" Yeah something came up so you know i couldn't exactly do it" He said and looked down.

"Really? What happened? You ok?" I said worryingly.

I didn't actually CARE.. but it was my dream someone would care for me like that

" I'll tell you later via internet" He said with a smirk, waves, then runs off.
OR NEVER much?
Dear Diary,
Most people think im a girl by the way i talk at first, but in reality IM A GUY. This guy has a diary, yes he does. i don't mind though. Anyway the next day, Dylan's ass didn't come to school which really pissed me off. I don't know why, but he was clearly hiding something. I hate secrets even though i have about 30-40 of them. I'm just used to not telling others about me... bad habits, i tell you.

In the middle of my english class, the topic of "who's better, females or males?" came up. Everyone excepting me to side with the females, which i did because their logic made so much more sense. The sad part was i was the only guy on the female side until my friend lost a coin toss and had to come to to my side. Yeah, I'm Evil that way.

"Will, whose side are you on? Get the hell over here, your not a girl," Bob screamed at me with frustration. He was right i wasn't a girl, but this was a pretty nice way to get them.

" I'm just on the side i agree with, don't siding with genders and just go with what you believe bob... with what you believe you can achieve." I said like some spokesman and that's when he got really pissed.

"DA FUCK is wrong with YA? Wanna kiss my ass, faggot?" He said with a smirk.

"Happily, just bring it here and ill kiss that sexy ass away" I said winking. After this, Everyone including BOB cracked up laughing.
Let's make this clear. I really am not gay. Perhaps i'm not even interested in either gender. Maybe animals then? They do seem like my type, don't ya think?

Kamis, 01 Maret 2012

dan


Dunia ini penuh dengan ketidak pastian. Tak ada yang benar-benar tau apa yang akan terjadi di masa depan. Dan itulah yang membuat dunia ini menarik, paling tidak hal itu yang saya pikirkan. Tapi terkadang hal itu juga sangat menyebalkan, karena kita juga jadi harus pernah menyesali yang terjadi dan tindakan-tindakan kita.
                Pagi itu Dzikri mendengar kabar dari ibunya bahwa sepupunya Syahdan masuk rumah sakit dan keadaannya kritis.
                “De, Syahdan masuk rumah sakit. Coba kamu jenguk, rumah sakitnya deket kampus kamu ko. Lumayan parah katanya.” Kata Ibunya Dzikri.
                “Owh ya? Iya nanti insya ALLAH saya kesana.” Jawab Dzikri.
                Pagi-pagi itu Dzikri sebelum kuliah berencana pergi ke kantor polisi dulu untuk menanyakan tentang surat izin kegiatan yang dia dan teman-temannya akan selenggarakan. Dia berangkat bersama dengan temannya Vidia. Hari itu Vidia menangis krena ada sedikit masalah keluarga yang menimpanya. Dzikri hanya bisa mendengarkan karena Dzikri tak tau apa yang harus dilakukan ketika ada seseorang menangis di dekatnya.
                Sesampainya di kantor polisi, Dzikri masuk ke kantor bagian perizinan sedangkan Vidia menunggu di luar.
                “Pa, gimana surat rekomendasi buat ke Polrestabes itu? Apa sudah jadi?” Tanya Dzikri.
                “Entarlah, disininya lagi sibuk. Kapolseknya mau ganti, jadi ga akan bisa keluar sekarang-sekarang. Tenang aja, pasti keluar ko.” Jawab Polisi itu.
                Selalu begitu. Polisi itu kadang sangat aneh, ketika kita menyampaikan permintaan surat izin jauh-jauh hari, mereka menyuruh kita tenang dan terus menunda-nundanya, tapi jika kita mengajukannya dekat dengan hari H, mereka justru marah-marah. Aneh.
                Karena waktu untuk masuk kuliah masih cukup lama, Dzikri pun mengajak Vidia ke rumah sakit untuk menjengukk Syahdan. Dzikri mengajak kesana sekalian agar Vidia dapat sedikit melupaka masalahnya. Vidia pun setuju dan mereka pun pergi bersama ke rumah sakit itu.
                Setibanya di rumah sakit, mereka masuk ke ruangan tempat Syahdan dirawat. Mereka harus menggunakan masker dan baju yang disiapkan rumah sakit sebelum masuk agar tidak tertular dan agar tidak membawa debu kotor dari luar.
                “Kenapa dan? Hahaha.” Tanya Dzikri sambil bercanda.
                “Ga tau. Saya juga ga inget.” Jawab Syahdan.
                “Kemarin dia parah banget. Jadi was-was sama khawatir. Tapi sekarang udah mendingan untungnya.” Ibunya Syahdan menjelaskan. “Malah sekarang udah bisa protes tentang makanan rumah sakit. Ga enak katanya, pengen nasi Padang aja katanya. Hahahaha.”
                “Hahahaha.” Mereka pun tertawa.
                Setelah beberapa lama mereka ngobrol, Dzikri dan Vidia pun pamit dan meninggalkan rumah sakit itu. Setelah mengantar Vidia sarapan bubur, mereka pun langsung pergi ke kampus.
***
Kira-kira dua minggu setelah Dzikri menjenguk Syahdan, Dzikri dan ibunya mengunjungi rumah Syahdan di daerah Bumi Asri, Bandung. Ketika itu Syahdan tampak sedang tidak ada kerjaan. Dzikri mengajaknya ngobrol, dan mereka membicarakan tentang gitar. Setelah beberapa lama Dzikri dan ibunya pun kembali pulang.
Dua hari setelah itu, Syahdan mengirim sms ke Dzikri menanyakan tentang software-software untuk recording. Ternyata kesehatan Syahdan sudah pulih sekarang. Dia sudah mampu beraktifitas seperti biasa.
***
                Dzikri sedang bercanda sambil menonton film di kostan Kiki bersama beberapa temannya ketika sms dari ibunya sampai di hpnya.
                ‘De, Syahdan meninggal.’
                Sms itu sangat singkat tapi sangat mengejutkan, membuat pusing, membuay segalanya jadi serba aneh. Bagaimana mungkin? Tapi itu benar-benar terjadi.
                See you in heaven Dan. Insya ALLAH.

Kamis, 23 Februari 2012

Green Day - one of my lies


ini adalah e-mail yang gagal dikirimkan. Saya sangat menyukai lagu ini, karena itu saya sangat menyayangkan ketika chords yang dibagikan salah. Semoga anda menikmatinya.

hi, my name is Dzikri Hasan BFDF, i'm writing this e-mail to say that i think the chords you shared on tabs.ultimate-guitar.com in one of my lies song by Green Day isn't correct. now i'm sending the one i think right. hope you'll consider it. thank you.

Intro:
Db,Ab,Gb,F,Gb,Ab

Verse:

Db          Ab                     Bb              F
When I was younger I thought the world circled around me
       
       Gb         Db             Ab
But in time I realized I was wrong

Db           Ab                         Bb                F
My immortal thoughts turned into just dreams of a dead future

Gb               Db            Ab
It was a tragic case of my reality


Bridge:


Gb                       Ab
Do you think you're indestructable

Gb                    Ab
And no one can touch you

Gb                     Ab
Well I think you're disposeable

Gb                           Ab
And it's time you knew the truth


Chorus:                           


                           Db Bb Ab
Cause it's just one of my lies

                                   Db Bb Ab
Well, its just its just one of my lies

                                Db Bb Ab
And all I wanna do is get real high

                                   Db Bb Ab
Well, its just its just one of my lies


Verse:


Db           Ab                  Bb                   F
Why does my life have to be so small, yet death is forever 

Gb                       Db                Ab
And does forever have a life to call its own

Db                Ab                     Bb                 Fb
Don't give me an answer cause you only know as much as I know

Gb                             Db                   Ab                 
Unless you're been there once well I hardly think so


Bridge:


Gb                       Ab
Do you think you're indestructable

Gb                    Ab
And no one can touch you

Gb                     Ab
Well I think you're disposeable

Gb                           Ab
And it's time you knew the truth


Chorus:                           


                           Db Bb Ab
Cause it's just one of my lies

                                   Db Bb Ab
Well, its just its just one of my lies

                                Db Bb Ab
And all I wanna do is get real high

                                   Db Bb Ab
Well, its just its just one of my lies
Gb-Ab I used to pray at night
Gb-Ab
Before I lay myself down
Gb-Ab
My mother said it was right Gb-Ab Db Bb Ab Her mother said it too...Why?
Db Bb Ab
Db Bb Ab
Db Bb Ab
Back to Intro, palm mute & strum hard:
Db,Ab,Gb,F,Gb,Ab    

first time in college


Musim ospek sudah berakhir. Setelah beberapa hari libur untuk istirahat, saya akhirnya harus datang ke kampus untuk pertama kalinya kuliah. Kalau dipikir-pikir saya rasanya sudah 6 tahun berlibur/ istirahat tanpa pernah sekalipun menggunakan otak saya untuk kepentingan akademik. Masa senang-senang, masa paling bahagia bersama teman-teman seperjuangan, masa SMP dan SMA telah berakhir. Kini saya bertekad untuk menggunakan otak yang tidak terasah ini untuk berpikir. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik di kampus ini. Setidaknya itulah yang saya pikirkan pada saat itu.
                Setelah saya memarkirkan motor saya, saya berjalan masuk ke dalam kampus. Hari ini kamus tampak begitu ramai. Banyak senior-senior yang waktu itu jadi panitia ospek sedang mengobrol baik dengan teman-teman seangkatannya maupun dengan anak baru, yaitu mahasiswa angkatan saya. Dan dengan wajah blo’on atau bahasa lembutnya polos, saya berjalan masuk dan mengenali beberapa wajah walaupun tak tau nama-nama mereka.
                Semua orang tampak sedang mengobrol dan bercanda. Tampaknya mereka sudah saling akrab, bahkan anak baru seperti saya. Tapi tampaknya hanya saya yang belum berteman sama sekali disini. Tak ada orang yang bisa saya sapa dan tak ada orang yang menyapa saya. Mungkin karena ketika ospek saya tidak aktif dan tidak banyak mengobrol dengan siapa pun. Yah, sifat saya memang begitu, kurang bisa cepat bergaul dengan orang baru.
                Saya membuka tas dan melihat jadwal mata kuliah saya hari ini. Saya mulai mencari kelas tempat mata kuliah akan dilangsungkan. Saya tak pernah menyangka saya akan tersesat di kampus sekecil ini. Saya memang buruk dalam mengingat jalan. Di saat saya kebingungan, seorang mahasiswa yang ternyata anak baru juga bertanya kepada saya tentang ruangan yang saya juga cari.
                “Maaf, ruangan 401 dimana ya?” Tanyanya.
                “Wah, kebetulan saya juga lagi nyari ruangan itu. Hahahahha. Kamu anak baru juga?” Jawab saya sambil balik nanya.
                “Iya, kenalin nama saya Aris.”
                Singkat cerita, setelah berkenalan kami pun sama-sama mencari kelas tersebut meskipun sebenarnya Arislah yang mencari, dan saya hanya mengikutinya. Setelah kami menemukan kelasnya, ternyata Aris sudah punya teman yang cukup akrab disana. Dan banyak mahasiswa baru yang sedang ngobrol-ngobrol akrab di depan kelas itu.
                Tampaknya saya adalah satu-satunya mahasiswa yang hanya punya satu teman di kelas saya sendiri. Apa yang bisa saya katakan? Saya hanya pernah ngobrol dengan Aris, itu juga gara-gara kami tak sengaja bertemu ketika tersesat mencari kelas. Walaupun ada beberapa mahasiswi yang saya kenali, karena kami teman satu kelompok pada saat ospek, kami sebenarnya tak pernah benar-benar ngobrol satu sama lain. Karena itulah saya hanya diam dan sesekali ngobrol sama Aris yang akhirnya mengenalkan saya dengan teman-temannya. Ternyata mereka teman sekelompok Aris waktu ospek. Nama mereka adalah Opik dan Mimin. Dan ada satu lagi yang baru kami kenal juga, yaitu Luthfi.
                Ketika kami ngobrol, walaupun saya ngobrol hanya sebagai basa-basi sebagai teman baru, saya melihat seorang gadis sedang mengobrol dengan teman-temannya dan bertanya pada temannya apakah kami, saya dan teman-teman baru saya, adalah teman sekelasnya. Temannya ternyata juga tidak tau dan malah menyuruhnya untuk menanyakan pada kami.
                “Hei, anak baru juga?” Tanyanya.
                “Iya.” Jawab Aris.
                “Kelas A Inggris juga?” Tanyanya lagi.
                “Iya.” Jawab Aris, seperti mengulang jawaban dari pertanyaan sebelumnya.
                Mereka pun berkenalan. Gadis itu menyalami satu-satu orang-orang yang duduk di sekitar situ untuk berkenalan. Samapai tiba dia mengulurkan tangan untuk bersalaman. Karena saya tak biasa bersalaman dengan lawan jenis, saya agak malu dan kikuk ketika hendak mengulurkan tangan saya juga untuk bersalaman. Tapi akhirnya saya menyambut tangannya juga dan bersalaman.
                “Hai, kaenalin nama saya.....................”
                Dan itulah pertemuan pertama saya dengan gadis itu.
                “...............”

Senin, 20 Februari 2012

what's worth fighting for??


Berkeley, California
Seorang gadis di kamarnya sedang mondar-mandir seperti sedang kebingungan. Matanya tampak berair, tanda dia hampir menangis. Tapi dia terus menahannya agar tidak keluar dan tetap berada di dalam matanya. Setelah mondar-mandir begitu lama dia akhirnya duduk di atas sebuah sofa dan menundukan kepalanya sambil menutup wajahnya. Dia ingin menjerit, dia ingin tertawa, dia ingin menangis, dia ingin tersenyum, dia ingin meninju sesuatu, dan apa yang sangat dia inginkan adalah dia ingin semua yang terjadi hari ini hanyalah mimpi.
                Pagi ini dia bangun dengan bahagia dan penuh harapan. Dia menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Dia pergi mengajar di SD tempatnya mengajar, belanja, dan pulang ke rumahnya. Hari ini dia tak sedikit pun merasa tidak enak hati. Dia tidak merasakan firasat apapun tentang sesuatu yang buruk akan terjadi di malam hari. Di rumah setelah memasak dan makan malam, dia seperti biasa menulis di jurnalnya. Dia seperti biasa menulis apa yang dilakukannya di hari ini dan apa yang dirasakannya. Dia menulis hal-hal tersebut seolah-olah sedang mengobrol kepada kekasihnya yang sedang pergi jauh.
                Kekasihnya adalah salah satu tentara yang sedang ditugaskan di Palestina. Dia sudah pergi selama enambulan disana. Dan minggu lalu ada kabar bahwa dalam 2 atau 3 minggu kekasihnya itu akan pulang. Tentu saja dia bahagia. Dia bahkan terlalu bahagia sehingga kerinduan di hatinya seperti akan meledak keluar dari dadanya. Dia terus menerus menyilangi hari demi hari yang terlewat di kalendernya, agar kekasihnya nanti tau betapa dia sangat merindukannya disini.
                Tapi beberapa detik setelah dia selesai menulis di jurnalnya, telepon berdering mengabarkan sesuatu yang sangat tidak disangkanya. Sesuatu yang tidak dia perhitungkan. Dia berharap telepon itu hanya dari orang iseng saja, walaupun dia bukan. Dia berharap terjadi kesalahan, dan kabar buruk itu bukanlah untuknya, tapi dia tau kabar itu memang untuknya.
                Sekarang dia duduk dan menundukan kepalanya sambil menutup wajahnya dengan tangannya. Dia tak mampu lagi menahan air matanya. Dia menangis sesenggukan sambil menyebutkan nama kekasihnya. Andaikan kekasihnya disini, dia pasti bisa berbagi tentang beban ini. Andaikan kekasihnya telah kembali pulang, pasti kekasihnya sedang menenangkannya sambil memeluknya dengan erat dan hangat. Tapi kini dia sendiri, menangis dan tak ada yang menenangkannya. Dan sesuatu yang lebih menyakitkan lagi, kini kekasihnya tak akan pernah pulang.
                Telepon tadi mengabarkan bahwa kekasihnya telah gugur. Dia terkena bom bunuh diri. Telepon itu begitu singkat tanpa diketahui oleh si penelepon bahwa kabar dari telepon singkat itu akan bertahan sangat lama, bahkan seumur hidup.
                Gadis itu lalu sekarang beerdiri dan menghampiri telepon laknat pembawa kabar buruk itu. Dia membanting telepon itu hingga hancur berkeping-keping. Dia mendorong lemari hingga terjatuh dan melempar jurnal yang ditulisnya. Dia sangat marah kepada kekasihnya sekarang yang telah berbohong akan segera kembali padahal dia kini pergi selamanya. Dia marah, dia sedih, dia rindu, dan sekarang dia berteriak sekencang-kencangnya dan akhirnya menangis lemah sesenggukan sambil berbaring di lantai. 2 meter dari sana, jurnalnya terbuka di tempat dimana tadi dia menulis.
‘I miss you, get home soon dear. I love you.’ Itulah baris terakhir yang dia tuliskan.

We’ll find out how much we lost in the war we’ve been fighting in..
We’ll find out this is not like the fight we’re told or they know..
                And we’ll see the souls are gone useless,
                But we still hear the bombs..
We’ll regret all we have done, we’ll hate our bloody hands..
We can’t figure out this war, and love can hate somehow now..
                And we’ll see the souls are gone useless,
                But we still hear the bombs..
                And we’ll see the bodies everywhere after,
                But in the end, noone will win, both sides are losing..
                                                                                                -Dzikri Hasan BFDF-

Ramallah, Palestina
Seorang pria kurus sedang menulis di dalam camp yang gelap dan hanya disinari oleh sedikit cahaya bulan yang masuk dari luar. Di punggungnya menggantung sebuah senapan yang telah terisi peluru yang siap untuk ditembakan. Dia menulis surat kepada istrinya seolah-olah ajalnya akan segera tiba dan surat itu adalah hal terakhir yang hendak ia sampaikan.
‘Assalamu alaikum
Istriku tercinta, apa kabarmu disana? Aku sangat merindukanmu. Tolong jaga anak-anak disaat aku tak ada untuk menjaga keluarga kita. Dan janganlah kau takut, karena ALLAH senantiasa menjagamu dan anak-anak kita.  Aku sangat mencintai kalianda aku.....’
Di tengah-tengah surat dia berhenti. Dia tak sanggup lagi meneruskannya. Dia lalu menyobek kertas itu dan menyimpan surat itu bersama beberapa surat yang tertumpuk di meja. Surat-surat itu adalah surat yang ingin dia kirimkan kepada istrinya, tapi tak dia kirimkan. Dia terus menulis banyak surat untuk keluarganya tapi tak mengirimkannya, karena dia tak bisa. Keluarganya telah mati dibantai oleh tentara Israel. Dan kini dia hanya terus menulis surat yang tak akan pernah dia kirimkan.

Every night in the war,
He writes a love letter for her unsent..
Every night in the war,
He tries to tell her how he misses her..
And tonight he did it again, although he doesn’t know what it is for..
What it is for..
                                                                Dzikri Hasan BFDF

Bandung, Indonesia
Empat orang pemuda berdiri di atas panggung bersiap-siap membawakan beberapa lagu pada malam ini. Salah satu dari pemuda itu itu mengetes microphone dengan meniup-niup dan menepuk-nepuknya.
“Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Sapa salah seorang dari pemuda-pemuda itu. “Saya mau tanya, apa sih tujuan perang itu? Kata orang-orang, tujuannya adalah damai. Saya sih engga percaya. Bagaimana mungkin bisa tercipta damai, sedangkan ketika perang berakhir, perang hanya menyisakan kepedihan, ketakutan, dendam dan mungkin benih untuk perang selanjutnya. Jadi apa tujuan perang itu? Yang jelas kami disini, semuanya sangat benci perang. Dan inilah lagu pertama dari kami.”
Suara gebukan drum mengawali lagu tersebut.
Hey miss Corrie, the girl in this mistery of the cursed truth and faith
You sacrifice your life for someone else in the endless fight
Hey miss Corrie, you came from another part of the world to help
Where are you now after the tragedy that made you have to go??
Is there something left of what you fought for??
Is there any-cure for your scar??

Hey Rachel, how are you 6 feet underground??
All people let’s take a stand to make a great wall to protect holly land
Just like what she did
From devils in a machine who just keep killing people
               
                Hey miss Corrie, i know you from your journal, but is that who you really were??
                You were so lucky to have that pure heart, that’s why i wrote these words
                Hey miss Corrie, tell he how’re you doing now-tell me if you’re OK
                Or does the unforgiven thing just stay unforgiven, so what could happen next??
                                                                               
                                                                                                                                IDZHAR