Selasa, 14 Februari 2012

JIKA SALAH SATU DARI 'KAMI' MATI


Tet-tot-tet-tot
Ringtone sms dari hp nokia berbunyi. Bowo dengan malas membuka sms tersebut dan membacanya. Sms dari Miptah.
‘Inna lillahi wa innna ilaihi rojiun. Tlah brplang sdara kta Dzikri AH utk slamanya. Smoga amal ibadahnya dtrima d sisinya. Amin.’
‘Yg bner MAMAT klo ngsms!!’ balas Bowo dengan marah.
Tak lama kemudian bunyi rintone telepon berbunyi. Telepon dari Mexi. Bowo mengangkatnya sambil tiduran di ranjang kostannya.
“Halo, apa Mex?”
“Bow, si Dzikri meninggal. Lagi dimana? Mau ke Bandung ga?”
“....”
***
Dua hari yang lalu
“Bow, mau ke Yogya kapan?” Tanya Dzikri.
“Besok. Naek kereta dari Bandung. Mau ikut ke Yogya Dzik?” Jawab Bowo sambil nonton pertandingan bola di TV.
“Entarlah. Hahahaha.” Jawab Dzikri.
“Bareng aja Bow ke Bandungnya sekarang.” Mexi ikutan bicara.
“Engga ah, entar aja. Saya ada urusan dulu.” Jawab Bowo. “Si Miptah kemana Mex?”
“Umur itu ga ada yang tau Wow,” sela Dzikri, “tadi si Miptah ada, Sekarang udah engga ada.”
“Hahahahaha.” Bowo dan Mexi tertawa mendengar candaan Dzikri.
“Iya, apalagi faktor umur kaya si  Miptah. Hahahha.” Tambah bowow.
                Tiba-tiba Miptah masuk sambil mengetik di hpnya. Miptah memang selalu memegang hpnya itu dan sibuk mengetik sesuatu di hpnya itu.Tapi tak ada yang benar-benar tau apa yang diketiknya itu. Kata Mexi sih Miptah sebenarnya tidak mengetik apa-apa alias pura-pura. Biar kelihatan sibuk atau punya pacar katanya. Hahahaha.
                “Wah si Miptah hidup lagi. Bener-bener saktilah jenglot kita yang satu ini. Hahahahaha.” Ejek Mexi.
                “Hahahaha.” Bowo dan Dzikri ikutan tertawa. Miptah Cuma diam bingung karena tak tau apa-apa.
                “Balik ke Bandung sekarang yu Dzik.” Ajak Mexi.
                “Bebas, yu ah.” Jawab Dzikri sambil menyalakan sebatang roko.
                “Jangan sekarang. Saya ga enak hati,” sela Miptah, “takut gimana-gimana nanti. Hahahaha.”
                “Kasih ke kucing kalo ga enak.” Jawab Mexi. “Yu ah, pulang dulu. Assalamu alaikum.”
                “wa alaikum salam.”
                Mexi dan Dzikri pun pulang ke Bandung. Di Bandung setelah mereka berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing, Dzikri mengalami kecelakaan. Dia diserempet mobil dan jatuh dari motornya.
***
Mexi menyalakan sebatang roko lagi. Sudah hampir satu jam dia dan Miptah menunggu di stasiun Bandung. Dia menunggu Bowo datang ke Bandung untuk bersama-sama melayat ke rumah Dzikri dan sekalian mau datang ke tempat Dzikri dikubur. Setelah menghisap dua batang roko lagi, akhirnya kereta dari arah Yogya tiba juga. Bowo turun dari kereta dan langsung menghampiri mereka.
“Lama banget Bow. Katanya jam sembilan?” keluh Mexi.
“Hahahaha, biasa ngaret.” Jawab Bowo. “Mau langsung ke rumah si Dzikri?”
“Bebas.” Jawab Mexi.
“langsung aja,” sela Miptah. “ Biar nanti pulangnya ga kesorean.”
“Boleh. Ngomong-ngomong kenapa sih si Dzikri meninggalnya?” Tanya bowo sambil berjalan keluar ke arah tempat Mexi dan Miptah memarkirkan motor mereka.
“Kayanya sih karena takdir. Hahahaha.” Jawab Mexi sambil tertawa.
“Katanya sih tabrakan motor,” jawab Miptah. “Pas pulang dari Garut itu.”
“So tau ih.” Mexi menyela. “Emang pas pulang dari Garut dia tabrakan, tapi meninggalnya bukan gara-gara itu.”
Mexi memang sudah tau apa penyebab kematian Dzikri. Karena sebelum Dzikri dikubur Mexi sudah sempat datang melayatnya bersama-sama teman-yeman mereka yang kuliah di Bandung. Jadi sekarang ini adalah yang kedua kalinya Mexi melayat ke rumah Dzikri.
“Gara-gara sakit.” Mexi berbicara sambil membuang puntung roko ke tong sampah setelah menginjaknya terlebih dahulu. “Jadi kalo pas kecelakaan, si Dzikri ga apa-apa. Tapi karena waktu itu hujan gede, pas pulang dia jadi demam sama flu. Besoknya tambah parah, tapi dia ga mau diperiksa dokter. Jadi Cuma istirahat di rumah aja, soalnya Cuma sakit demam aja. Tapi pas malamnya, jam sebelas atau dua belasan dia malah meninggal.”
“Oh. Umur emang ga ada yang tau. Kemaren-kemaren si Dzikri masih ada, masih maen bareng. Tapi sekarang udah ga ada.” Kata Miptah.
“Heeh, sebabnya juga ga bisa disangka-sangka.” Tambah Bowo. “Saya sih masih ga percaya si Dzikri meninggal. Tapi nyatanya emang bener-bener udah meninggal.”
“Heeh.” Kata miptah lagi.
“Bow, Mip, abis dari rumah si Dzikri jalan-jalan yu ah. Melakukan something crazy yu.” Ajak Mexi mengalihkan pembicaraan.
“Bebas, ajakan si Dzikri.” Jawab Bowo.
“Siap!!” Jawab Mexi dan Miptah berbarengan.
***
Dan jika salah satu dari KAMI mati
Dia tetap hidup, karena KAMI tak mempercayainya
Dan jika salah satu dati KAMI mati
Dia tetap hidup, walaupun hanya dalam kenangan
Dan jika salah satu dari KAMI mati
Dia tetap hidup, karena dia masih bisa menunjukan sesuatu yang baru KAMI sadari ketika dia tak ada
Dan jika salah satu dari KAMI benar-benar telah mati
Maka dia akan mati sekeren apa yang diinginkannya


                                                                                                -blew-

2 komentar: