Musim ospek sudah berakhir. Setelah beberapa hari libur
untuk istirahat, saya akhirnya harus datang ke kampus untuk pertama kalinya
kuliah. Kalau dipikir-pikir saya rasanya sudah 6 tahun berlibur/ istirahat
tanpa pernah sekalipun menggunakan otak saya untuk kepentingan akademik. Masa
senang-senang, masa paling bahagia bersama teman-teman seperjuangan, masa SMP
dan SMA telah berakhir. Kini saya bertekad untuk menggunakan otak yang tidak
terasah ini untuk berpikir. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik di kampus
ini. Setidaknya itulah yang saya pikirkan pada saat itu.
Setelah
saya memarkirkan motor saya, saya berjalan masuk ke dalam kampus. Hari ini
kamus tampak begitu ramai. Banyak senior-senior yang waktu itu jadi panitia
ospek sedang mengobrol baik dengan teman-teman seangkatannya maupun dengan anak
baru, yaitu mahasiswa angkatan saya. Dan dengan wajah blo’on atau bahasa
lembutnya polos, saya berjalan masuk dan mengenali beberapa wajah walaupun tak
tau nama-nama mereka.
Semua
orang tampak sedang mengobrol dan bercanda. Tampaknya mereka sudah saling
akrab, bahkan anak baru seperti saya. Tapi tampaknya hanya saya yang belum
berteman sama sekali disini. Tak ada orang yang bisa saya sapa dan tak ada
orang yang menyapa saya. Mungkin karena ketika ospek saya tidak aktif dan tidak
banyak mengobrol dengan siapa pun. Yah, sifat saya memang begitu, kurang bisa
cepat bergaul dengan orang baru.
Saya
membuka tas dan melihat jadwal mata kuliah saya hari ini. Saya mulai mencari
kelas tempat mata kuliah akan dilangsungkan. Saya tak pernah menyangka saya
akan tersesat di kampus sekecil ini. Saya memang buruk dalam mengingat jalan.
Di saat saya kebingungan, seorang mahasiswa yang ternyata anak baru juga
bertanya kepada saya tentang ruangan yang saya juga cari.
“Maaf,
ruangan 401 dimana ya?” Tanyanya.
“Wah,
kebetulan saya juga lagi nyari ruangan itu. Hahahahha. Kamu anak baru juga?”
Jawab saya sambil balik nanya.
“Iya,
kenalin nama saya Aris.”
Singkat
cerita, setelah berkenalan kami pun sama-sama mencari kelas tersebut meskipun
sebenarnya Arislah yang mencari, dan saya hanya mengikutinya. Setelah kami
menemukan kelasnya, ternyata Aris sudah punya teman yang cukup akrab disana.
Dan banyak mahasiswa baru yang sedang ngobrol-ngobrol akrab di depan kelas itu.
Tampaknya
saya adalah satu-satunya mahasiswa yang hanya punya satu teman di kelas saya
sendiri. Apa yang bisa saya katakan? Saya hanya pernah ngobrol dengan Aris, itu
juga gara-gara kami tak sengaja bertemu ketika tersesat mencari kelas. Walaupun
ada beberapa mahasiswi yang saya kenali, karena kami teman satu kelompok pada
saat ospek, kami sebenarnya tak pernah benar-benar ngobrol satu sama lain.
Karena itulah saya hanya diam dan sesekali ngobrol sama Aris yang akhirnya
mengenalkan saya dengan teman-temannya. Ternyata mereka teman sekelompok Aris
waktu ospek. Nama mereka adalah Opik dan Mimin. Dan ada satu lagi yang baru
kami kenal juga, yaitu Luthfi.
Ketika
kami ngobrol, walaupun saya ngobrol hanya sebagai basa-basi sebagai teman baru,
saya melihat seorang gadis sedang mengobrol dengan teman-temannya dan bertanya
pada temannya apakah kami, saya dan teman-teman baru saya, adalah teman
sekelasnya. Temannya ternyata juga tidak tau dan malah menyuruhnya untuk
menanyakan pada kami.
“Hei,
anak baru juga?” Tanyanya.
“Iya.”
Jawab Aris.
“Kelas
A Inggris juga?” Tanyanya lagi.
“Iya.”
Jawab Aris, seperti mengulang jawaban dari pertanyaan sebelumnya.
Mereka
pun berkenalan. Gadis itu menyalami satu-satu orang-orang yang duduk di sekitar
situ untuk berkenalan. Samapai tiba dia mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Karena saya tak biasa bersalaman dengan lawan jenis, saya agak malu dan kikuk
ketika hendak mengulurkan tangan saya juga untuk bersalaman. Tapi akhirnya saya
menyambut tangannya juga dan bersalaman.
“Hai,
kaenalin nama saya.....................”
Dan
itulah pertemuan pertama saya dengan gadis itu.
“...............”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar