Berkeley, California
Seorang gadis di kamarnya sedang mondar-mandir seperti sedang
kebingungan. Matanya tampak berair, tanda dia hampir menangis. Tapi dia terus
menahannya agar tidak keluar dan tetap berada di dalam matanya. Setelah
mondar-mandir begitu lama dia akhirnya duduk di atas sebuah sofa dan menundukan
kepalanya sambil menutup wajahnya. Dia ingin menjerit, dia ingin tertawa, dia
ingin menangis, dia ingin tersenyum, dia ingin meninju sesuatu, dan apa yang
sangat dia inginkan adalah dia ingin semua yang terjadi hari ini hanyalah
mimpi.
Pagi
ini dia bangun dengan bahagia dan penuh harapan. Dia menjalankan aktifitasnya
seperti biasa. Dia pergi mengajar di SD tempatnya mengajar, belanja, dan pulang
ke rumahnya. Hari ini dia tak sedikit pun merasa tidak enak hati. Dia tidak merasakan
firasat apapun tentang sesuatu yang buruk akan terjadi di malam hari. Di rumah
setelah memasak dan makan malam, dia seperti biasa menulis di jurnalnya. Dia
seperti biasa menulis apa yang dilakukannya di hari ini dan apa yang
dirasakannya. Dia menulis hal-hal tersebut seolah-olah sedang mengobrol kepada
kekasihnya yang sedang pergi jauh.
Kekasihnya
adalah salah satu tentara yang sedang ditugaskan di Palestina. Dia sudah pergi
selama enambulan disana. Dan minggu lalu ada kabar bahwa dalam 2 atau 3 minggu
kekasihnya itu akan pulang. Tentu saja dia bahagia. Dia bahkan terlalu bahagia
sehingga kerinduan di hatinya seperti akan meledak keluar dari dadanya. Dia terus
menerus menyilangi hari demi hari yang terlewat di kalendernya, agar kekasihnya
nanti tau betapa dia sangat merindukannya disini.
Tapi
beberapa detik setelah dia selesai menulis di jurnalnya, telepon berdering
mengabarkan sesuatu yang sangat tidak disangkanya. Sesuatu yang tidak dia
perhitungkan. Dia berharap telepon itu hanya dari orang iseng saja, walaupun
dia bukan. Dia berharap terjadi kesalahan, dan kabar buruk itu bukanlah
untuknya, tapi dia tau kabar itu memang untuknya.
Sekarang
dia duduk dan menundukan kepalanya sambil menutup wajahnya dengan tangannya.
Dia tak mampu lagi menahan air matanya. Dia menangis sesenggukan sambil
menyebutkan nama kekasihnya. Andaikan kekasihnya disini, dia pasti bisa berbagi
tentang beban ini. Andaikan kekasihnya telah kembali pulang, pasti kekasihnya
sedang menenangkannya sambil memeluknya dengan erat dan hangat. Tapi kini dia
sendiri, menangis dan tak ada yang menenangkannya. Dan sesuatu yang lebih
menyakitkan lagi, kini kekasihnya tak akan pernah pulang.
Telepon
tadi mengabarkan bahwa kekasihnya telah gugur. Dia terkena bom bunuh diri.
Telepon itu begitu singkat tanpa diketahui oleh si penelepon bahwa kabar dari telepon
singkat itu akan bertahan sangat lama, bahkan seumur hidup.
Gadis
itu lalu sekarang beerdiri dan menghampiri telepon laknat pembawa kabar buruk
itu. Dia membanting telepon itu hingga hancur berkeping-keping. Dia mendorong
lemari hingga terjatuh dan melempar jurnal yang ditulisnya. Dia sangat marah
kepada kekasihnya sekarang yang telah berbohong akan segera kembali padahal dia
kini pergi selamanya. Dia marah, dia sedih, dia rindu, dan sekarang dia
berteriak sekencang-kencangnya dan akhirnya menangis lemah sesenggukan sambil
berbaring di lantai. 2 meter dari sana, jurnalnya terbuka di tempat dimana tadi
dia menulis.
‘I miss you, get home soon dear. I love you.’ Itulah baris
terakhir yang dia tuliskan.
We’ll find out how
much we lost in the war we’ve been fighting in..
We’ll find out this is
not like the fight we’re told or they know..
And we’ll see the souls are gone
useless,
But we still hear the bombs..
We’ll regret all we
have done, we’ll hate our bloody hands..
We can’t figure out
this war, and love can hate somehow now..
And we’ll see the souls are gone
useless,
But we still hear the bombs..
And we’ll see the bodies
everywhere after,
But in the end, noone will win,
both sides are losing..
-Dzikri
Hasan BFDF-
Ramallah, Palestina
Seorang pria kurus sedang menulis
di dalam camp yang gelap dan hanya
disinari oleh sedikit cahaya bulan yang masuk dari luar. Di punggungnya
menggantung sebuah senapan yang telah terisi peluru yang siap untuk ditembakan.
Dia menulis surat kepada istrinya seolah-olah ajalnya akan segera tiba dan
surat itu adalah hal terakhir yang hendak ia sampaikan.
‘Assalamu alaikum
Istriku tercinta, apa kabarmu
disana? Aku sangat merindukanmu. Tolong jaga anak-anak disaat aku tak ada untuk
menjaga keluarga kita. Dan janganlah kau takut, karena ALLAH senantiasa
menjagamu dan anak-anak kita. Aku sangat
mencintai kalianda aku.....’
Di tengah-tengah surat dia
berhenti. Dia tak sanggup lagi meneruskannya. Dia lalu menyobek kertas itu dan
menyimpan surat itu bersama beberapa surat yang tertumpuk di meja. Surat-surat
itu adalah surat yang ingin dia kirimkan kepada istrinya, tapi tak dia
kirimkan. Dia terus menulis banyak surat untuk keluarganya tapi tak
mengirimkannya, karena dia tak bisa. Keluarganya telah mati dibantai oleh
tentara Israel. Dan kini dia hanya terus menulis surat yang tak akan pernah dia
kirimkan.
Every night in the war,
He writes a love letter for her unsent..
Every night in the war,
He tries to tell her how he misses her..
And tonight he did it again, although he doesn’t know what it is for..
What it is for..
Dzikri
Hasan BFDF
Bandung, Indonesia
Empat orang pemuda berdiri di
atas panggung bersiap-siap membawakan beberapa lagu pada malam ini. Salah satu
dari pemuda itu itu mengetes microphone dengan
meniup-niup dan menepuk-nepuknya.
“Assalamu alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.” Sapa salah seorang dari pemuda-pemuda itu. “Saya mau tanya, apa
sih tujuan perang itu? Kata orang-orang, tujuannya adalah damai. Saya sih engga
percaya. Bagaimana mungkin bisa tercipta damai, sedangkan ketika perang
berakhir, perang hanya menyisakan kepedihan, ketakutan, dendam dan mungkin
benih untuk perang selanjutnya. Jadi apa tujuan perang itu? Yang jelas kami
disini, semuanya sangat benci perang. Dan inilah lagu pertama dari kami.”
Suara gebukan drum mengawali lagu
tersebut.
Hey miss Corrie, the girl in this mistery of the cursed truth and faith
You sacrifice your life for someone else in the endless fight
Hey miss Corrie, you came from another part of the world to help
Where are you now after the tragedy that made you have to go??
Is there something
left of what you fought for??
Is there any-cure for
your scar??
Hey Rachel, how are
you 6 feet underground??
All people let’s take
a stand to make a great wall to protect holly land
Just like what she did
From devils in a
machine who just keep killing people
Hey miss Corrie, i know you from
your journal, but is that who you really were??
You were so lucky to have that
pure heart, that’s why i wrote these words
Hey miss Corrie, tell he how’re
you doing now-tell me if you’re OK
Or does the unforgiven thing
just stay unforgiven, so what could happen next??
IDZHAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar