Malam semakin dingin, tapi untuk Mexi malah tambah hangat karena
dia sedang senang banget. Besok dia punya rencana untuk ketemu sama Hilda,
perempuan yang dia sukai sejak dia pertama kali akil baligh. Kira-kira sudah
delapan atau sembilan tahun sejak dia pertama kalinya melihat gadis itu, dan
dia tetap senang kapan pun dia punya kesempatan untuk melihatnya lagi. Dan besok
bukanlah pertama kalinya dia bertemu berdua dengan Hilda. Tapi setiap kali mau
bertemu tetap saja masih sedikit grogi dan bingung apa yang akan dilakukan
nanti.
Dan sekarang
Mexi sedang duduk di kampusnya tercinta, Unpas di jalan tamansari bawah. Apa yang
dia lakukan? Owh, ternyata dia sedang berkonsultasi sama Dzikri, temannya yang
selalu berbicara so bijak dan teoritis. Walaupun nasehatnya tak pernah terbukti
berhasil, tapi Mexi selalu menganggap nasehat dan petuah dari temannya itu
benar atau paling tidak cukup keren untuk dilakukan.
“Anjrit
dzik, besok saya harus bagaimana? Bingung uy.” Tanya Mexi.
Dzikri
meminum seteguk kopi hitamnya dan menghisap rokonya lalu menghembuskan asapnya
langsung sebelum menjawab pertanyaan tersebut. Dia selalu melakukannya agar
mendapatkan kesan keren dan berwibawa di mata orang-orang yang rela tertipu
oleh nasehat dan petuah busuknya.
“Ajak nonton aja mex. Makan terus
anter pulang ke rumahnya.” Jawab Dzikri so bijak. Seolah-olah saran pasaran itu
hanya akan terpikirkan olehnya.
“Iya ya. Tapi takut nervous uy
kalo waktunya lama sama si Hilda. Takut ga tau harus ngomong apa.” Mexi ragu.
Dzikri menyalakan sebatang roko
lagi lalu menjawab, “tapi itu adalah cara ngedate yang pasti berhasil buat amatir kaya kamu.” Dia mengatakannya
seolah-olah dia sudah sangat profesional.
“hahahaha..” Mexi ketawa garing. Tak
percaya apa yang dia dengar.
***
Walaupun Mexi tak yakin dengan
apa yang dikatakan Dzikri, tapi besoknya dia tetap saja berencana melakukan apa
yang diberi tahu oleh Dzikri. Dia berencana menjemput Hilda ke tempat kerjanya setelah
dia pulang kuliah. Mexi memakai semua segala cairan yang tercium wangi ke
seluruh tubuhnya. Dan berjalan ke luar kostannya dengan senyum jumawa yang
tersungging di wajahnya seolah-olah dia baru dapat restu dari orang tuanya
untuk pergi berperang.
“Edan nih yang mau ngedate,” ejek temannya. “pergi jum’atan
aja ga pernah gini-gini amat. Hahahaha.”
“Hahahaha,” Mexi tertawa. “yu ah,
do’akan bapamu nak. Hahaha”
“Kalo berani tembak dong Mex.”
“Kalem, liat aja nanti pas
pulang.” Jawab Mexi sambil pergi.
“.......”
***
Mata kuliah terakhir terasa
sangat lama. Seratus menit serasa satu tahun. Mexi sudah tak sabar untuk
bertemu sama Hilda jam satu nanti. Dia terus menerus melihat hpnya. Lock-unlock lock-unlock terus begitu.
Selain untuk melihat jam karena waktu terasa sangat lambat, dia juga khawatir
kalo Hilda tiba-tiba membatalkan pertemuannya nanti. Tapi sejauh ini dia belum
menerima sms apapun. Dan itu cukup membuat hati mexi tenang.
”Yah mungkin itu saja untuk
minggu ini.” Akhirnya si Bapak Dosen mengakhiri kuliahnya. “Karena bab ini
sudah selesai, minggu depan kita kuis ya.”
Semua mahasiswa langsung ribut
mendengar kata kuis. Mereka mengomel dan protes walaupun si Bapak Dosen tak peduli
dan langsung pergi meninggalkan para mahasiswa yang bingung karena baru
menyadari ternyata mereka tidak mengerti sama sekali mata kuiah tersebut.
“Aduh, saya ga bisa sama sekali
nih. Harus kursus kilat lagi kayanya nih Mex.” Farhan mengeluh.
“Hahaha.” Mexi hanya tertawa lalu
pergi.
Mexi bukannya ga pusing dengan
kuis, tapi dia sedang buru-buru untuk pergi sholat dan menjemput Hilda di
tempat kerjanya dan pergi ngedate.
Setelah sholat Mexi langsung
pergi ke basement kampusnya mengambil
motornya dan langsung pergi. Sepanjang jalan dia hanya memikirkan hal-hal
indah. Melamunkan wajah Hilda yang tersenyum dengan matanya yang meneduhkan itu
memandang wajahnya. Mexi tersenyum terus menerus seperti orang gila. Cara
memakai motornya pun jadi sedikit mengganggu pengendara lain.
“Baleg anjing!” Maki seorang
tukang angkot. Tapi Mexi tetap kalem dan terus tersenyum.
Jam satu kurang lima belas Mexi
sudah sampai ke tempat kerja Hilda. Karena masih ada waktu lima belas menit,
Mexi pun keluar lagi setelah memarkirkan motornya untuk membeli sebungkus roko
dan menghisapnya sebatang. Ketika baru menyalakan rokonya, hp Mexi berbunyi.
Ada sms masuk dari Hilda.
‘msih dmna?’
‘d kmpus, bru kluar klas..’ Jawab
Mexi berbohong untuk mengejutkan Hilda.
Lalu seperti jalangkung, sms yang
tak diharapkan pun datang tak diundang.
‘oh, ya udh, hri ini ga usah jadi
aja ya. Akunya lgi bnyak kerjaan. Ini juga kyanya harus plang mlem, ga bsa
kluar kntor sma skali. Maaf ya.’ Balas Hilda.
‘owh, ya udah. Ga apa2’ Jawab
Mexi lesu.
Setelah membalas sms, Mexi
langsung kembali ke parkiran untuk langsung pulang. Tapi betapa terkejutnya
ketika dari kejauhan dia melihat Hilda berjalan bersama seorang laki-laki
sambil tersenyum menuju ke arah sebuah mobil. Mexi sedang cukup terkejut ketika
mobil itu berlalu begitu saja keluar dari parkiran.
***
“Gimana mex?” tanya teman
kostannya.
“Fuck anjrit!” jawab Mexi.
“.....”
Mexi langsung tiduran setelah
sampai sambil memikirkan apa yang terjadi. Dia tidak jadi pergi sama Hilda.
Hilda pergi sama orang lain. Dan sesuatu yang paling menyakitkan, Hilda
berbohong. Rasanya tidak ingin percaya walaupun dia melihat dengan mata-kepala
sendiri. Dia lalu mengambil hpnya dan menelepon Hilda.
“Halo.” Suara Hilda di seberang
sana. Terdengar suara bising seperti sedang berada di dalam mall.
“Hilda, dengerin dulu saya
ngomong ya. Jangan motong ok?”
“hah? Iya.” Jawab Hilda.
“Saya tau kamu tadi ngebohong waktu
ngebatalin janji sama saya, soalnya saya juga ngebohong waktu saya bilang saya
masih di kampus. Sebenernya waktu itu saya udah di tempat kerja kamu dan saya
liat kamu pergi.” Mexi menarik nafas panjang, “apa pun alasannya, nanti kalo
kamu janjian sama saya lagi atau orang lain dan kamu mau ngebatalin, kamu ga
usah ngebohong. Saya ga akan apa-apa ko.”
“Maaf.” Kata Hilda pelan.
“Ga apa-apa. Hahahahaha. Eh,
ngomong-ngomong kamu pernah denger lagu MxPx yang ngerecycle lagunya The Proclaimers belum? Yang judulnya i’m gonna be (500 miles).
“Hmm, belum. Emangnya kenapa?”
tanya Hilda masih dengan nada bersalah.
“Sekarang kan saya bukan
siapa-siapa kamu. Tapi nanti dua atau tiga tahun lagi, pas saya ngelamar kamu, saya
akan nyanyiin lagu itu buat kamu. Insya ALLAH. Hahahaha.” Jawab Mexi.
“Ma kasih ya.” Jawab Hilda
terdengar seperti menyesal karena sudah membohongi Mexi.
Hening sekitar tiga puluh detik.
“Ya udah, sampai nanti ya.”
“Iya.”
“Assalamu alaikum.”
“Wa alaikum salam.”
Malam ini tampaknya akan lebih
dingin dari kemarin.
MxPx – I’m gonna be (500 miles)
[Originally
by The Proclaimers]
When I wake up, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who wakes up next to you,
And when I go out, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who goes along with you,
And if I get drunk, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's gettin' drunk with you,
And if I haver, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's havering to you.
I would walk five hundred miles,
And I would walk five hundred more
to be the man who walked a thousand miles to fall down at your door.
When I'm working, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's working hard for you,
And when the money comes in for the work I do,
I'll pass almost every penny on to you,
And when I come home, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's coming home to you,
And when I grow old, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's growing old with you.
I would walk five hundred miles,
And I would walk five hundred more
to be a man who walked a thousand miles to fall down at your door.
And when I'm dreaming, yeah, you know I'm gonna dream...
I'm gonna dream about the times when I'm with you,
And when I'm lonely, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's lonely without you,
I'm gonna be the man who's coming home to you.
I would walk five hundred miles,
And I would walk five hundred more
to be the man who walked a thousand miles to fall down at your door.
Mummy's alright, Daddy's alright,
They just seem a little weird,
Surrender, surrender, but don't give yourself away,
Mummy's alright, Daddy's alright,
They just seem a little weird,
Surrender, surrender, but don't give yourself away,
Way away, away.
I would walk five hundred miles,
And I would walk five hundred more
to be the man who walked a thousand miles to fall down at your door.
When I wake up, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who wakes up next to you,
And when I go out, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who goes along with you,
And if I get drunk, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's gettin' drunk with you,
And if I haver, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's havering to you.
I would walk five hundred miles,
And I would walk five hundred more
to be the man who walked a thousand miles to fall down at your door.
When I'm working, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's working hard for you,
And when the money comes in for the work I do,
I'll pass almost every penny on to you,
And when I come home, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's coming home to you,
And when I grow old, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's growing old with you.
I would walk five hundred miles,
And I would walk five hundred more
to be a man who walked a thousand miles to fall down at your door.
And when I'm dreaming, yeah, you know I'm gonna dream...
I'm gonna dream about the times when I'm with you,
And when I'm lonely, yeah, you know I'm gonna be...
I'm gonna be the man who's lonely without you,
I'm gonna be the man who's coming home to you.
I would walk five hundred miles,
And I would walk five hundred more
to be the man who walked a thousand miles to fall down at your door.
Mummy's alright, Daddy's alright,
They just seem a little weird,
Surrender, surrender, but don't give yourself away,
Mummy's alright, Daddy's alright,
They just seem a little weird,
Surrender, surrender, but don't give yourself away,
Way away, away.
I would walk five hundred miles,
And I would walk five hundred more
to be the man who walked a thousand miles to fall down at your door.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar